Langsung ke konten utama

Obat-obatan Analgetika

    ANALGETIKA


         Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh,seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakankerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir, atau jaringanjaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris keSistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusatnyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. 

         Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Dengan kata lain, nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata. 
     
       Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau interneuron, dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak.Reseptorreseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh.Reseptor-reseptor yang berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat.Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah.Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zatzat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).

        Berdasarkan pembagian senyawa analgetika, senyawa ini dibagi menjadi beberapa macam, antara lain : 
1. Analgetika narkotika dan non-narkotika 
    Analgetika narkotika mempunyai sifat analgetika dan hipnotik (hipnotik = menyebabkan kesadaran berkurang seperti bermimpi indah, dalam istilah sehari – hari disebut “fly”). Yang dimaksud analgetika narkotika ini ialah alkaloid golongan opium, misalnya morfina, meperidin, metadon dan sebagainya. Alkaloid golongan opium ini diperoleh dari tumbuhan – tumbuhan golongan Papaver somniferum. 
   Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis. 
    Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetikasentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-Undang Narkotika dan penggunaannyadiawasi denganketat oleh Dirjen POM. 

Untuk obat-obat analgetik narkotika terbagi dalam beberapa golongan, yaitu: 
a. Morfin. 
      Daya penghilang rasa nyeri morfin jauh lebih besar dari pada codeina. Sifat analgetika dari morfina berdasarkan penekanannya pada susunan saraf sentral yang disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat menyembuhkan batuk. 
Penggunaannya; Untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan analgetika antipiretika, misalnya pada kanker, menahan rasa sakit pada waktu operasi dan sebagainya. 7 Kerja ikutannya; dapat mengakibatkan sembelit yang hebat, perasaan mual dan muntah – muntah, alergi (gatal – gatal) dan yang terutama adalah mengakibatkan gatal – gatal. 
      Morfin tak boleh diberikan kepada penderita radang hati atau asma, karena morfina menekan pusat pernafasan. Juga tak boleh diberikan kepada bayi. Pemberian morfina kepada orang tua dan anak – anak harus hati – hati, sebab mereka sangat peka. Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat diabsorsi melalui kulit luka. 
     Morfin dapat diabsorpsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Setelah pemberian dosis tunggal, sebagian morfin mengalami konyugasi dengan asam glukoronat di hepar, sebagian dikeluarkan dalam hasil ekskresi.Morfin yang terkonyugasi ditemukan dalam empedu.Sebagian yang sangat kecil dikeluarkan bersama cairan lambung.

b. Metadone
     Mempunyai efek analgesik mirip morfin, tetapi tidak begitu menimbulkan efek sedatif. Dieliminasi dari tubuh lebih lambat dari morfin (waktu paruhnya 25 jam) dan gejala withdrawal-nya tak sehebat morfin, tetapi terjadi dalam jangka waktu lebih lama. Diberikan secara per oral, injeksi IM, dan SC. Diindikasikan untuk analgesik pada nyeri hebat, dan juga digunakan untuk mengobati ketergantungan heroin. 

c. Meperidin (petidin) 
        Menimbulkan efek analgesik, efek euforia, efek sedatif, efek depresi nafas dan efek samping lain seperti morfin, kecuali konstipasi. Efek analgesiknya muncul lebih cepat daripada morfin, tetapi durasi kerjanya lebih singkat, hanya 2-4 jam. Diindikasikan untuk obat praoperatif pada waktu anestesi dan untuk analgesik pada persalinan.

d. Fentanil 
        Merupakan opioid sintetik, dengan efek analgesik 80x lebih kuat dari morfin, tetapi depresi nafas lebih jarang terjadi.Diberikan secara injeksi IV, dengan waktu paruh hanya 4 jam dan dapat digunakan sebagai obat praoperatif saat anestesi.

Untuk obat-obat analgetik non-narkotika terbagi dalam beberapa golongan, yaitu: 
1. Golongan Salicylates, contoh obatnya: 
a. Aspirin/asetosal 
         Mempunyai kemampuan menghambat biosintesis prostaglandin.Kerjanya menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis yang biasa efek sampingnya adalah gangguan lambung . Efek ini dapat diperkecil dengan penyangga yang cocok ( misalnya, minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).

b. Salisilamid 
        Salisilamid adalah amida asam salisilat yang memperlihatkan efek analgesic dan antipiretik mirip asetosal, walaupun dalam badan salisilamid tidak diubah menjadi salisilat. Efek analgesik antipiretik salisilamid lebih lemah daripada salisilat, karena salisilamid dalam mukosa usus mengalami metabolisme lintas pertama, sehingga hanya sebagian salisilamid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat aktif. Obat ini mudah diabsorpsi usus dan cepat didistribusi ke jaringan. Obat ini menghambat glukoronidasi obat analgesik lain di hati misalnya Na salisilat dan asetaminofen, sehingga pemberian bersama dapat meningkatkan efek terapi dan toksisitas obat tersebut. Salisilamida adalah turunan dari asam salisilat, sering dikombinasi dengan parasetamol dan kofeina. Merupakan analgetika yang daya kerjanya kurang kuat bila dibandingkan dengan asetosal, tetapi banyak dipakai karena sifatnya tidak terlalu asam, sehingga tidak menimbulkan radang dan pendarahan pada lambung. Dosis; dewasa (oral 3 X sehari 500 mg) 

c. Diflunisial 
          Obat ini merupakan derivate difluorofenil dari asam salisilat, tetapi dalam tubuh tidak diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesic dan anti-inflamasi tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Obat ini juga berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX.

2. Golongan para Aminophenol, Contoh Obatnya : 
a. Acetaminophen
          adalah metabolit dari fenasetin. Untuk Fenasetin, tidak digunakan lagi dalam pengobatan, karena penggunaannya dikaitkan dengan terjadinya anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih. Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain. Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.

3. Golongan Pyrazolone dan Derivatnya 
            Dalam kelompok ini termasuk dipiron, antipirin, dan aminopirin. Antipirin (fenazon) adalah 5-okso-1-fenil-2,3-dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah derivate 4-dimetilamino dari antipirin. Dipiron adalah derivate metansulfonat dari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan dalam suntikan. Selain itu, masih ada derivate dipiron yaitu methampiron (antalgin) yang banyak digunakan/tersedia dalam bentuk suntikan atau tablet. Saat ini antipirin dan aminopirin tidak dianjurkan digunakan lagi karena lebih toksik daripada dipiron. Obat ini berperan dalam penghambatan prostaglandin melalui penghambatan enzim COX. Nama lain dari piramidon ialah amidopirin, aminopirin. Piramidon ini sangat berkhasiat untuk melawan demam yang tinggi dan radang. Nama lain dari novalgin adalah Antalgin, dipiron, sangat berkhasiat sebagai analgetik dan spesmolitik 9melawan kejang), maka sering digunakan untuk mengobati (mengurangi) rasa sakit pada masa haid, sakit kepala, sakit encok dan lain – lain. Pada penggunaan yang lama baik novalgin maupun piramidon dapat mengakibatkan agranulositosis (yaitu lenyapnya butir – butir darah putih di dalam darah).

Dari Artikel tentang Obat-obat Analgetik di atas, timbul masalah antara lain:
1. Bagaimana struktur kimia dari senyawa obat analgetika? 
2. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap senyawa-senyawa obat analgetika? 
3. Bagaimana sifat obat golongan analgetika? 
4. Bagaimana cara pembuatan obat golongan analgetika?
5. Bagaimana mekanisme dari masing-masing efek samping yang ditimbulkan dari obat analgetika?
6. Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika terhadap nyeri?
7. Metadon memiliki efek analgesik seperti morfin, tetapi tidak memiliki efek sedatif. Mengapa demikian?
8.  Jelaskan bagaimana reseptor untuk obat narkotika ?
9. Mengapa obat AINS dapat menyebabkan gangguan pada lambung?
10. Apakah morfin aman jika digunakan pada anak-anak ?

Komentar

  1. assalamualaikum,menjawab no 6 Mekanisme umum dari analgetiki adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengandemikian mengurangi pembentukan mediator nyeri

    BalasHapus
  2. Ass, saya akan memberi tau sedikit bahwa rasa nyeri itu dapat di atasi dengan Cara pemberantasan nyeri:
    1. Menghalangi pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetika perifer atau oleh anastetik lokal.
    2. Menghalangi penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anastetik lokal.
    3. Menghalangi pusat nyeri dalam sistem syaraf pusat dengan analgetika sentral (narkotik) atau dengan anastetik umum.

    Demikian menurut yg saya bacaa, trimakasih.

    BalasHapus
  3. ass saya akan menjawab pertanyaan no 10 Apakah morfin aman jika digunakan pada anak-anak?
    morfin aman digunkan untuk anak2 dan pemberiannya harus disesuaikan pada dosis yang dianjurkan untuk anak-anak.
    Dosis biasa bagi anak-anak untuk rasa sakit

    Substansi: 0,1-0,2 mg per kg sesuai kebutuhan. Tidak lebih dari 15 mg per dosis.
    -IV: 50 sampai 100 mcg (0,05-0,1 mg) per kg, diberikan secara berkala. Tidak melebihi 10 mg per dosis.

    BalasHapus
  4. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 6 dan menambahkan jawaban dari sauadari tri utami terkait jawabannya Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan e&ek sampingnya.

    BalasHapus
  5. Saya akan mncoba mnjawab pertnyaan no 10 penggunaan morfin untuk anak-anak. Menurut pendapat saya pggunaan morfin pd anak-anak aman harus dengan pengawasan dokter ikuti anjuran dokter dengan seksama dan baca informasi yang tertera pada kemasan morfin sebelum mulai mengonsumsinya. Pengobatan akan efektif jika dilakukan segera setelah gejala pertama muncul. 

    BalasHapus
  6. Saya akan mencoba mnjawab prtnyaan no 9 terkait knp obat AINS dpt mnybabkan gangguan pd lmbung. Obat-obat AINS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arachidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mengkoreksi sedikit jawaban dari Meilly. Obat NSAID (AINS) bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 berperan dalam produksi prostaglandin didalam lambung yang berfungsi sebagai pelindung mukosa lambung. Jika COX-1 dihambat, maka produksi prostaglandin juga dihambat. Akibatnya semakin berkurang lapisan yang berfungsi sebagai pelindung mukosa lambung. Oleh karena itu, timbul gangguan pada organ lambung

      Hapus
  7. aman jika digunakan sesuai dosis
    Dosis biasa bagi anak-anak untuk rasa sakit
    Substansi: 0,1-0,2 mg per kg sesuai kebutuhan. Tidak lebih dari 15 mg per dosis.
    IV: 50 sampai 100 mcg (0,05-0,1 mg) per kg, diberikan secara berkala. Tidak melebihi 10 mg per dosis.

    BalasHapus
  8. nmr 10
    mnrt saya ketentuan obat ini tdk di anjurkan oleh anak2

    BalasHapus
  9. Jawaban nomor 6 yaitu Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya.

    BalasHapus
  10. menurut saya jawbaan no 10
    obat ini tidak dianjaur kan tuk anak anak tapi jika seorang anak anak sangat membutuhkan pengobatan obt ini maka gunakan dengan dosis yg paling minimun . tapi kalau bisa diganti dengan obat lain yg efek yg ditimbul kan obt tsbt sm dg efek obt morfin

    BalasHapus
  11. No. 9 kerusakan mukosa lambung akibat NSAID adalah terjadi akibat inhibisi pada pembentukan prostaglandin dan induksi dari hipermotilitas lambung, yang diikuti dengan gangguan mikrovaskuler dan aktivasi neutrofil. Hipermotilitas lambung dan gangguan mikrovaskuler dikaitkan dengan defisiensi prostaglandin yang disebabkan oleh karena inhibisi enzim siklooksigenase-1 akibat penggunaan NSAID.

    BalasHapus
  12. 7 , karena tidak menduduki ssp sehingga tidak menimbulkan sedatif

    BalasHapus
    Balasan
    1. struktur dsri metadon sudah dimodifikasi untuk mengurangi efek sedatifnya

      Hapus

  13. Obat-obat AINS bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu senyawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda.

    Tapi kawan,….. ternyata COX ini ada dua jenis, yaitu disebut COX-1 dan COX-2. COX-1 ini selalu ada dalam tubuh kita secara normal, untuk membentuk prostaglandin yang dibutuhkan untuk proses-proses normal tubuh, antara lain memberikan efek perlindungan terhadap mukosa lambung. Sedangkan COX-2, adalah enzim yang terbentuk hanya pada saat terjadi peradangan/cedera, yang menghasilkan prostaglandin yang menjadi mediator nyeri/radang. Jadi, sebenarnya yang perlu dihambat hanyalah COX-2 saja yang berperan dalam peradangan, sedangkan COX-1 mestinya tetap dipertahankan. Tapi masalahnya, obat-obat AINS ini bekerja secara tidak selektif. Ia bisa menghambat COX-1 dan COX-2 sekaligus. Jadi ia bisa menghambat pembentukan prostaglandin pada peradangan, tetapi juga menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk melindungi mukosa lambung. Akibatnya? Lambung jadi terganggu….

    BalasHapus
  14. Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan tubuh yang rusak, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Dengan kata lain, nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata.

    BalasHapus
  15. mekanisme kerja analgetik non narkotik adalah bekerja secara non selektif pada COX 1 dan COX 2. penghambatan pada cox 2 dapat menghambat kerja nyeri. sedangkan pada cox 1 akan menimbulkan efek samping peptic ulcer.

    BalasHapus
  16. pertanyaan no 10
    morfin aman digunkan untuk anak2 dan pemberiannya harus disesuaikan pada dosis yang dianjurkan untuk anak-anak.
    Dosis biasa bagi anak-anak untuk rasa sakit

    Substansi: 0,1-0,2 mg per kg sesuai kebutuhan. Tidak lebih dari 15 mg per dosis.
    -IV: 50 sampai 100 mcg (0,05-0,1 mg) per kg, diberikan secara berkala. Tidak melebihi 10 mg per dosis.

    BalasHapus
  17. Sebaiknya morfin tidak diberikan kepada anak anak, karena Meskipun memiliki manfaat besar, morfin sangat menyebabkan ketergantungan. Risiko ketergantungan ini bahkan lebih tinggi lagi pada pasien yang di masa lalunya pernah kecanduan alkohol atau narkoba

    BalasHapus
  18. morfin bisa digunakan oleh anak anak pada dosis
    Dosis biasa bagi anak-anak untuk rasa sakit

    Substansi: 0,1-0,2 mg per kg sesuai kebutuhan. Tidak lebih dari 15 mg per dosis.

    -IV: 50 sampai 100 mcg (0,05-0,1 mg) per kg, diberikan secara berkala. Tidak melebihi 10 mg per dosis.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi. Antihistamin biasa digunakan untuk mengobati rhinitis, alergi musiman, reaksi alergi akibat sengatan serangga, pruritus dengan gejala gatal, dan urtikaria atau biduran, alergi mata, dan alergi makanan. Selain itu, antihistamin juga bisa digunakan sebagai obat darurat untuk mengatasi anafilaksis (anafilaktik) atau reaksi alergi yang tergolong berat dan mematikan. Tidak hanya alergi, antihistamin juga kerap digunakan untuk mengatasi gejala mual atau muntah yang biasanya diakibatkan oleh mabuk kendaraan. Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membed...

IDENTIFIKASI FARMAKOFOR

FARMAKOFOR                 Farmakofor adalah deskripsi abstrak dari fitur molekuler yang diperlukan untuk pengenalan molekuler ligan oleh makromolekul biologis. IUPAC mendefinisikan farmakofor sebagai "sekumpulan fitur sterik dan elektronik yang diperlukan untuk memastikan interaksi supramolekul optimal dengan target biologis spesifik dan untuk memicu (atau menghalangi) respons biologisnya". Model farmakofor menjelaskan bagaimana ligan struktural yang beragam dapat berikatan dengan situs reseptor yang umum. Selanjutnya, model farmakophore dapat digunakan untuk mengidentifikasi melalui desain de novo atau ligan novel skrining virtual yang akan mengikat reseptor yang sama. Fungsi farmakofor: 1. Mendifinisikan gugus penting yang berikatan dengan reseptor 2. Menentukan struktur 3 dimensi dari suatu molekul 3. Untuk mengetahui komformasi aktif 4. Penting untuk desain Obat 5. Penting untuk menemukan oba...

KIMIA MEDISINAL

OXAMNIQUINE   Oxamniquine , dijual dengan merek Vansil antara lain, adalah obat yang digunakan untuk mengobati schistosomiasis karena Schistosoma mansoni. Praziquantel; Namun, sering kali pengobatan yang disukai. Ini diberikan melalui mulut dan digunakan sebagai dosis tunggal.  Efek samping yang umum termasuk mengantuk, sakit kepala, mual, diare, dan urine kemerahan. Biasanya dianjurkan agar tidak digunakan sampai setelah kehamilan jika memungkinkan.  Kejang dapat terjadi dan oleh karena itu hati-hati direkomendasikan pada orang dengan epilepsi.  Ini bekerja dengan menyebabkan lumpuh cacing parasit.  Ada dalam keluarga obat anthelmintik. Oxamniquine pertama kali digunakan secara medis pada tahun 1972. Ini ada dalam Daftar Obat-obatan Esensial WHO, obat-obatan yang paling efektif dan aman yang dibutuhkan dalam sistem kesehatan.  Ini tidak tersedia secara komersial di Amerika Serikat. Ini lebih mahal dari pada praziquantel. ...